Analisis Puisi " Api Suci"
Oleh : Zulmaimi Eka Putri
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karya yang besar adalah
karya yang lahir dan mampu mengispirasi banyak orang. Kebesaran suatu karya
akan semakin terlihat ketika karya tersebut dikritik oleh kritikus dan mendapat
penilaian yang baik. Dalam menilai suatu karya banyak aspek yang perlu diperhatikan
oleh kritkus diantaranya stuktur yang terdapat didalam dan diluar karya
tersebut.
Banyak orang mampu
memberikan penilaian terhadap suatu karya tetapi hanya sedikit yang mampu memberikan
penilaian secara tertulis.
Pada kesempatan ini kita
akan membahas tentang sajak Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana.
B.
Rumusan
Masalah
Masalah
yang akan dibahas pada kesempatan ini, antara lain :
1. Apa saja point analisis yang dapat dilakukan
terhadap sajak Api Suci?
2. Apa interpretasi terhadap sajak Api Suci?
3. Apa apresiasi terhadap sajak Api Suci?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujunan penulisan kali ini adalah :
1. Mengetahui point analisis yang dapat dilakukan
terhadap sajak Api Suci.
2. Mengetahui interpretasi terhadap sajak Api Suci.
3. Mengetahui apresiasi terhadap sajak Api Suci.
BAB II
PEMBAHASAN
Api Suci
Selama nafas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Karya : Sutan Takdir Alisyahbana
Analisis,
Interprestasi, dan Apresiasi Sajak ‘Api Suci’
I.
Analisis
A.
Unsur-Unsur Sajak
1.
Lapis (Strata) Norma
o
Lapis bunyi
a.
Irama
Puisi ‘Api Suci’ tergolong pada sajak yang berirama metrum,
karena pergantian bunyi sajak tetap menurut pola tertentu dan jumlah suku
katanya tetap, yaitu sebelas suku kata.
b.
Aliterasi
Aliterasi yang terdapat pada sajak ‘Api Suci’,
antara lain :
Biar
- biar
Mengaduh
– mengeluh
Merah
– membara
Sesak
– mendesak
Demikian
– tumpahkan
c.
Asonansi
Asonansi yang terdapat pada sajak ‘Api Suci’, antara
lain :
Biar
– biar
Mengaduh
– mengeluh
Biar
– jiwa
o
Lapis arti/makna
Pada bait pertama, aku lirik ingin ketika masih ada
kesempatan ia akan menyalakan semangatnya untuk memcapai keinginannya.
Bait kedua, ketika semangat aku lirik telah ada,
kemudian lahirlah dorongan untuk mewujudkan harapannya.
o
Lapis dunia
Dipandang dari sudut pandang tertentu, sepertinya
aku lirik, ingin selalu bersemangat, meskipun jiwanya telah habis terlebur, ia
tetap ingin mengobarkan semangatnya.
Ketika semangat aku lirik telah seperti baja merah
membara, ia gelisah sebab matanya liar memandang. Namun begitu, dinamakan ia
berbeda selalu diberikan rahmat.
o
Lapis metafisis
Dalam sajak ‘Api Suci’, lapis metafisisnya, semangat
yang selalu ada selama nafas masih mengalun dan jantung masing memukul. Dan ia
yakin dimanapun dimuka bumi ini, ia pasti diberi rahmat oleh yang maha kuasa.
B.
Bahasa dalam Sajak
1.
Sajak
‘Api Suci’ mengandung bunyi efoni, karena bunyi-bunyi sajak memberikan
kesan semangat aku lirik, walaupun pada akhir baris aku lirik terkesan sedih,
tapi saya menggolongkan bunyi sajak tersebut pada efoni.
2.
Kosa kata
Kata-kata yang digunakan penyair dalam sajak ‘Api
Suci’ ini adalah kata yang mengandung banyak makna.
3.
Diksi
Sutan Takdir Alisyahbana sangat kritis dalam memilih
kata-kata, sehingga bunyi yang dihasilkan adalah rangkaian bunyi yang bermakna
mendalam.
4.
Epifora
Epifora pada sajak ‘Api Suci’, antara lain :
·
Bait pertama
-
Kata ‘selamat’ dan ‘masih’, pada baris
pertama.
-
Kata ‘biar’, ‘mengaduh’, dan ‘mengeluh’,
pada baris ke-4.
-
Kata ‘dalam’, ‘bakaran’, ‘kobaran’ dan
‘nyala raya’, pada baris ke-8.
·
Bait kedua
-
Kata ‘sesak’ dan ‘mendesak’, pada baris
pertama.
5.
Onomatope
Pada sajak ‘Api Suci’ tidak terdapat tiruan bunyi.
C.
Kata Kiasan
Kata kiasan yang terdapat pada sajak ‘Api Suci’,
antara lain :
1.
Hiperbola :
§ Biar
jiwaku habis terlebur,
§ Gelisah
liar mata memandang,
§ Nikmat
rasa api menghangus,
2.
Metafora :
§ Demikian
rahmat tumpahkan selalu,
3.
Repetisi :
§ Selama
napas masih
mengalun,
Selama
jantung masih
memukul,
§ Dalam bakaran api Nyala Raya,
Dalam
kobaran Nyala Raya,
§ Sesak
mendesak rasa di kalbu,
Di mana duduk rasa dikejar,
4.
Perbandingan :
§ Seperti
baja merah membara,
D.
Citraan (Pengimajian)
Citraan yang terdapat pada sajak ‘Api
Suci’, antara lain :
1.
Citraan penglihatan
Seperti
baja merah membara
Gelisah
liar mata memandang
Dimana
duduk rasa dikejar
2.
Citraan dengaran
Nyanyian
semata bunyi jeritku
3.
Citraan rabaan
Nikmat
rasa api menghangus
E.
Aspek Tata Bahasa dalam Sajak
Penyimpangan tata
bahasa tata bahasa yang terjadi pada sajak ‘Api Suci’, adalah Penyimpangan stuktur sintaksis, yaitu :
Ø Dimana
duduk rasa dikejar > seharusnya : duduk dimanapun rasa dikejar.
Ø Demikian
rahmat tumpahkan selalu > seharusnya : demikian rahmat selalu ditumpahkan.
F.
Tipografi
a.
Tipografi
Tipografi sajak ‘Api
Suci’ sukup sederhana, dengan penulisannya rata tengah. Sajak ini terdiri atas
dua bait, dengan jumlah baris adalah 14, dengan masing-masing terdiri atas
empat kata dengan 11 suku kata.
Pada awal baris/kalimat,
kata ditulis dengan hurut kapital, dan diakhiri tanda koma dan khusus baris
terakhir pada bait diakhiri denga tanda
titik.
b.
Enjambemen
Pada sajak ‘Api Suci’
ini, tidak ditemukan enjambemen (pemutusan kata)
c.
Unsur mom bahasa lain
Unsure non bahsa yang
ditemukan pada sajak ‘Api Suci’, yaitu tanda
baca koma (,) dan titik (.).
G.
Makna Sajak
-
Tokoh
Tokoh yang ada pada
sajak ‘Api Suci’ adalah aku lirik.
-
Stuktur penceritaan
Stuktur penceritaan
sajak ‘Api Suci’ adalah monolog, Karen tidak terlihat kepada siapa lirik sajak
ditujukan.
-
Suasana
Suasana pada sajak ‘Api
Suci’ adalah optimis, karena aku lirik yakin akan sikapnya yang tetap semangat,
maka ia akan selalu mendapat rahmat dari sang pencipta.
-
Latar belakang
Latar balakang sajak
‘Api Suci’ adalah semangat yang tak pernah padam pada diri seseorang akan mampu
membawanya menghadapi masalah kehidupan, walau apapun yang terjadi.
-
Latar tempat dan waktu pada sajak ‘Api
Suci’ tidak terlihat.
II.
Interpretasi
Sajak
‘Api Suci’ karya Sutan Takdir Alisyahbana ini mengandung banyak makna yang
mendalam yang dikiaskan dalam bahasa yang indah.
III.
Apresiasi
Apresiasi
terhadap sajak ‘Api Suci’ yaitu sajak ini mengajarkan pada pembaca untuk tetap
bersemangat dalam menjalani kehidupan yang banyak tantangan dam rintangan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Semangat juang
yang tinggi terhadap kehidupan adalah hal terpenting untuk menumpuh dan
menjalani kehidupan dan nilai kehidupan tertinggi adalah ketika seseorang mampu
menghadapi dan melewati rintangan kehidupan.
B.
Saran
Hadapilah
kehidupan ini dengan sebaik mungkin dan tetaplah semangat dalam menjalaninya
apapun yang terjadi, serta yakinlah Allah SWT selalu bersamamu dan menyertai
langkahmu.
permisi.. kalau boleh tau selain di blogspot analisis sajak ini juga dipost dimana ya?
BalasHapusBagaimana cara menentukan makna puisi?
BalasHapus