Selasa, 24 September 2013

Analisis Novel Salah Asuhan



IDENTITAS
Novel              : Salah Pilih 
Pengarang       : Nur Sutan Iskandar
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    :1928

Sejak kecil Asri dan Asnah dibesarkan layaknya saudara kandung. Ibu Asri yang telah menjaga mengasuh dan menyayangi Asnah seperti putrinya sendiri. Asri dan Asnah semakin lama semakin dewasa dan semakin akrab sebagai saudara. Mereka terbiasa jujur satu sama lain, bahkan Asnah mengetahui rahasia kakaknya yang tidak diketahui sang bunda, begitu juga sebaliknya. Namun ada satu hal yang sangat dirahasiakan Asnah, dia menyayangi Asri lebih dari seorang kakak, melainkan rasa sayang seorang kekasih. Gadis itu sangat terpukul ketika sang ibu meminta anak lelakinya untuk segera menikah, dia tahu bukan ia yang akan menjadi pendamping Asri karena adat melarang pernikahan sesuku seperti mereka. Asri menjatuhkan pilihan pada seorang putri bangsawan yang cantik, adik kandung mantan kekasihnya. Gadis itu bernama Saniah. Mereka bertunangan lalu menikah setelah melewati beberapa adat Minangkabau.
Pernikahan Asri dengan Saniah sangat jauh dari kata ‘bahagia’. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat kuat dalam masalah adat. Saniah selalu disetir sang ibu untuk mengikuti adat yang sangat kaku dan kuno menurut Asri, karena Asri sudah terbiasa dengan pendidikan luar yang bebas. Ia sangat menghormati adat, namun ia tidak suka terlalu dikekang dan dipaksa-paksa seperti yang dilakukan Saniah padanya. Selain itu, Saniah adalah wanita yang sombong, keras kepala, membedakan kelas sosial masyarakat, dan tidak suka bergaul dengan tetangga. Saniah sangat cemburu dengan keberadaan Asnah dan ia ingin menyingkirkan gadis itu dengan berbagai cara, tentunya peran sang ibu tidak tertinggal.
Suatu hari penyakit bu Mariati menjadi sangat parah. Asnah beserta Mak Cik Liah bergantian menjaganya, tak lupa juga Asri lebih sering mengunjungi ibunya yang telah diasingkan Saniah di bagian rumah mereka yang lain. Penyakit bu Mariati tidak dapat disembuhkan dan nyawanya telah lepas dari raga. Sebelum meninggal, ibu itu berpesan kepada anaknya, ia menyesal telah meminta Asri menikah, apalagi dengan Saniah. Wanita itu juga menjelaskan adat Minang yang tidak melarang Asri dan Asnah menikah karena mereka tidak sedarah. Wanita itu berpesan agar anak lelakinya itu menikah dengan anak angkatnya, Asnah yang sifatnya sangat mulia dan dimata semua orang.
Setelah kematian sang bunda, Asri selalu memikirkan petuah terakhir itu. Dan ia baru menyadari perasaan sayangnya kepada Asnah yang lebih setelah teman lamanya, Hasan Basri datang kepadanya untuk meminta izin memperistri Asnah. Ia sangat cemburu dan tidak bisa mengambil keputusan, sehingga segalanya ia serahkan kepada Asnah. Asri sangat lega ketika Asnah menolak pinangan teman lamanya itu. Tanpa saling bicara, keduanya bisa mengerti bahwa ada cinta diantara mereka. Saniah menangkap keganjilan pada suaminya sehingga ia memaki-maki Asnah sebagai wanita yang tidak tahu diri. Kejadian itu diketahui Asri sehingga ia sangat marah kepada Saniah dan keduanya bertengkar hebat, sementara Asnah memilih pergi dari rumah itu dan tinggal bersama bu Mariah, adik ibu Mariati. Semenjak kepergian Asnah, Asri tetap sering bertengkar dengan Saniah hingga ia tidak betah lagi berada di rumah gadang itu.
Suatu ketika bu Saleah, ibu dari Saniah mendapat kabar bahwa anak lelakinya akan menikah dengan gadis biasa di perantauan. Ibu itu merasa geram, ia tidak mau mempunyai menantu miskin dan dari suku lain, kemudian ia mengajak Saniah beserta pembantu mereka pergi ketempat putranya untuk menggagalkan pernikahan itu. Saking geramnya, bu Saleah meminta sopir mobil yang ia sewa untuk mengebut walaupun jalanan sangat sulit. Alhasil, mobil yang mereka tumpangi kurang kendali sehingga masuk jurang lalu Saniah dan ibunya meninggal dunia.
Semenjak Asri menduda, banyak wanita yang datang menghampirinya. Namun, ia tidak pernah goyah untuk mencintai Asnah, walaupun wanita-wanita yang menghampirinya lebih cantik. Asri tidak bisa lagi menahan cintanya. Setelah berunding dengan bibinya yang sekarang merawat Asnah, ia memutuskan menikah dengan Asnah dan meninggalkan segala harta dan jabatannya untuk merantau ke Jawa, karena jika tidak pergi dari situ, maka keduanya akan dikeluarkan dari suku secara tidak hormat. Perantauannya menghasilkan sesuatu yang baik. Asri punya kedudukan yang baik dan keduanya mempunyai banyak teman di sana. Ditengah rutinitas mereka di Jawa, tepatnya di Jakarta, tiba-tiba datang surat dari Maninjau meminta agar keduanya kembali ke sana dan Asri diminta untuk menjadi kepala pemerintahan. Tanpa pikir panjang mereka setuju untuk kembali ke Maninjau walaupun berat juga meninggalkan kawan-kawannya di Jakarta, mereka sangat rindu dengan kampung kelahirannya itu. Setibanya di Maninjau, mereka disambut meriah oleh warga yang sangat menghormati Asri atas jasa-jasanya sebelum ia merantau dulu dan atas kelembutan tabiat Asnah. Berawal dari Asri yang salah pilih istri, ia menjadi tahu siapa orang yang sebenarnya ia cintai dan dengan berusaha keras ia mampu hidup bersama sang kekasih dalam mahligai rumah tangga yang penuh cinta di kampung halaman tercinta.

*      UNSUR INTRINSIK
1.      Tema :
Novel ini menceritakan tentang kesalahan seseorang dalam menentukan pilihannya.

2.      Tokoh & Watak :
1.   Asnah : Sabar “ dia menyayangi Asri lebih dari seorang kakak,
melainkan rasa sayang seorang kekasih. Gadis itu sangat terpukul ketika sang ibu meminta anak lelakinya untuk segera menikah, dia tahu bukan ia yang akan menjadi pendamping Asri karena adat melarang pernikahan sesuku seperti mereka ”
Baik “Asnah beserta Mak Cik Liah bergantian menjaganya, tak lupa juga Asri lebih sering mengunjungi ibunya yang telah diasingkan Saniah di bagian rumah mereka yang lain “

2.      Asri : baik  “ Asari sangat menghormati adat “
   Ramah” warga yang sangat menghormati Asri atas jasa-jasanya
dan keramahannya “

3.      Saniah : Pencemburu  “Saniah sangat cemburu dengan keberadaan
          Asnah dan ia ingin menyingkirkan gadis itu
          dengan berbagai cara, tentunya peran sang
          ibu tidak tertinggal.

pendendam.“Saniah menangkap keganjilan
                     padasuaminya sehingga ia memaki-maki
                   Asnah sebagai wanita yang tidak tahu diri.”
4.      Mariati : Penyayang, lembut.
       “Ibu Asri yang telah menjaga mengasuh dan menyayangi
        Asnah seperti putrinya sendiri “

5.      Sitti Maliah : Baik “ Asnah beserta Mak Cik Liah bergantian
                                 Menjaga bu Mariat “

6.      Rangkayo Saleah : Tegas dan keras
“ketika bu Saleah, mendapat kabar bahwa anak lelakinya akan menikah dengan gadis biasa di perantauan. Ibu itu merasa geram, ia tidak mau mempunyai menantu miskin dan dari suku lain, kemudian ia mengajak Saniah beserta pembantu mereka pergi ketempat putranya untuk menggagalkan pernikahan itu. Saking geramnya, bu Saleah meminta sopir mobil yang ia sewa untuk mengebut walaupun jalanan sangat sulit. Alhasil, mobil yang mereka tumpangi kurang kendali sehingga masuk jurang lalu Saniah dan ibunya meninggal dunia.
3.      Alur :Novel ini menggunakan alur maju.
“Berawal dari Asri yang salah pilih istri, ia menjadi tahu siapa orang yang
  sebenarnya ia cintai dan dengan berusaha keras ia mampu hidup bersama
  sang kekasih dalam mahligai rumah tangga yang penuh cinta di kampong
  halaman tercinta.”

4.      Latar/Setting :
1.       di Minangkabau, Sumatera Barat. Yaitu di Maninjau, Sungai batang, Bayur, dan Bukittinggi.
“Setibanya di Maninjau, mereka disambut meriah oleh warga yang sangat menghormati Asri atas jasa-jasanya sebelum ia merantau dulu dan atas kelembutan tabiat Asnah.”

2.      Sebagian juga mengambil latar di Pulau Jawa.
“ia memutuskan menikah dengan Asnah dan meninggalkan segala harta dan jabatannya untuk merantau ke Jawa,”
5.      Sudut pandang :Sudut PandangNovel ini menggunakan sudut pandang orang
                             ketiga.
6.      Gaya penulisan :Bahasa dalam novel ini sebagian besar bergaya Melayu
                             sehingga sedikit sulit dipahami
7.      Amanat  :
v  Walaupun sudah berpendidikan tinggi, janganlah lupa pada adat negeri sendiri.
v   Janganlah menilai seseorang dari rupa atau hartanya saja
v  Jangan membeda-bedakan orang karena kaya atau miskinnya
v  Menurut pada perintah dan nasihat orang tua itu wajib, tetapi jika perintah orang tua itu salah, sebisa mungkin harus bisa menolaknya
v   Sesuatu yang menurut orang banyak itu salah, belum tentu merupakansuatu kesalahan.
2.      UNSUR EKSTRINSIK
1.      Nilai-nilai yang ada pada novel salah pilih
*      Nilai Sosial
“ menceritakan rasa sakit yang di alami oleh si Asnah akibat menyimpan rasa cintanya kepada si Asri yang akan segera menikah. Dia tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya.Dalam kehidupan sehari-hari kita harus memiliki teman untuk menyampaikan curahan hati kita, agar semua masalah kita dapat tersalurkan dan dapat mendapatkan jalan keluar yang diberikan oleh teman curhat kita tersebut.Jangan suka menyimpan masalah sendiri.”
*      Nilai Budaya
“ tidak bisa terwujudnya rasa cinta Asnah kepada Asri karena sukunya melarang keras mereka menjadi suami istri, Asnah dan Asri masih ada ikatan keluarga walaupun sangat jauh.Tetap dalam kehidupan nyata saat ini, hukum adat tersebut sudah mulai jarang ditaati, seperti antar sepupu  melakukan perkawinan.

*      Niai Agama :
bahwa dalam agama Islam tidak ada dan tidak diperbolehkan bila
    menikah dengan saudara sendiri.”

2.      Mengenai pengarang
“ Nur Sutan IskandarNur Sutan Iskandar dilahirkan di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3November1893 dan wafat di Jakarta, 28 November1975. Nama aslinyaMuhammad Nur. Setelah menamatkan sekolah rakyat pada tahun 1909Nur Sutan Iskandar bekerja sebagai guru bantu. Pada tahun 1919 ia hijrahke Jakarta. Di sana ia bekerja di Balai Pustaka, pertama kali sebagai korektor naskah karangan sampai akhirnya menjabat sebagai PemimpinRedaksi Balai Pustaka (1925-1942). Kemudian ia diangkat menjadi KepalaPengarang Balai Pustaka, yang dijabatnya 1942-1945.Ia adalah sastrawanpaling produktif di masanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar