Selasa, 24 September 2013

Analisis Novel “KEMBALI KE PANGKUAN AYAH”



SEJARAH SASTRA INDONESIA
ANALISIS NOVEL “KEMBALI KE PANGKUAN AYAH”

IDENTITAS
Nama Pengarang         : Selasih
Judul Karya                 : Kembali Ke Pangkuan Ayah
Penerbit                       : Balai Pustaka
Tahun Terbit                : Cetakan ke-2, 2003
Tempat Terbit              : Jakarta
Jumlah BAB               : XVIII
Jumlah Halaman          : 160

SINOPSIS
            Novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang ibu dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang yang memegang peranan  penting dalam keluarga. Ia lah Ros (Rosnelly), seorang guru di sebuah sekolah (SMP), dengan lima orang anaknya dan seorang suami yang tengah sakit (lumpuh), akibat kecelakaan pada 1951. Ia merupakan seorang yang sangat sabar dalam menjalani kehidupan. Banyak masalah yang datang padanya dan keluarganya, tapi dengan sikap yang penuh kesabaran dan tawakal kepada Allah SWT, ia bersama suami, dan anak-anaknya yang selalu berusaha menghadapi cobaan yang datang silih berganti.
            Masalah dimulai ketika Hermansyah dan Darminsyah, melanjutkan pendidikan mereka kepulau jawa. Hermansyah yang melanjutkan pendidikannya di Bandung, untuk pendidikan insinyur, dan Darminsyah melanjutkan pendidikan di Jakarta, kedokteran. Keadaan mulai berubah, pekerjaan yang biasa dilakukan oleh Maman dan Mimin (panggilan untuk Hermansyah dan Darminsyah) sekarang mesti dilakukan oleh adik-adiknya, Rus, Wiwi, dan Pini (Rusmansyah, Roswita, dan Rosfini). Sehingga pekerjaan adik-adiknya mulai berat.
            Ditengah kesulitan keuangan, datang lagi masalah yang cukup memberatkan hati keluarga Ros. Putrinya Wiwi sakit, sakit tenggorokan (bronchitis) yang cukup berbahaya. Berbagai cara dilakukan keluarga Ros untuk mendapatkan uang.  Ditengah sakit yang di derita Wiwi hadir pula kesedihan yang cukup menghanyutkan hati Ros, putranya Maman terus saja meminta uang, padahal ia telah menyatakan bahwa keadaan keuangan keluarga sedang tidak membaik. Namun Maman tetap saja meminta dan meminta.
            Akhirnya si bungsu Pini dengan sikapnya yang mulai menunjuk sikap berfikir dewasa merelakan si surya, piano kesayangannya yang ia anggap sahabat, untuk dijual. Beruntung ia mampu meredam kesedihannya, sebab Mimin dapat memohonkan pada pembeli piano tersebut, yaitu pak Danres, agar ia yang menjadi guru untuk band anak polisi itu, dan selain itu pak Danres juga membeli piano itu dengan harga yang cukup tinggi, sebab beliau kenal dekat dengan keluarga Pini.
            Pada waktu libur, ketika itu bertepatan dengan ulang tahun Ros, anak-anaknya, suaminya, dan kawan-kawan anaknya membuat sebuah perayaan untuk ulang tahun Ros tersebut. Semua hal direncanakan, diurus, dan dilaksanakan tanpa cemput tangan Ros, semuanya dilakukan oleh orang-orang yang menyayangi dan mencintainya. Acarapun digelar sederhana, dengan hikmat. Tamu-tamu yang datang menikmanti acara. Suka cita pun terjadi pada waktu yang singkat tersebut, namun memberi arti yang sangat.
            Pada suatu hari, hari raya (1974), Maman yang telah menjadi insinyur dan bekerja di Caltex Rumbai, Pekanbaru tempat dahulu Papanya (Johansyah) bekerja, Mimin yang telah menamatkan pendidikan kedokteran, Rus yang telah melanjutkan pendidikannya dibidang hukum, dan Wiwi yang telah menjalani pendidikan di Fakultas Ekonomi, UI. Dan kini waktunya sibungsu Pini yang akan melanjutkan pendidikan. Ia menginginkan di pulau Jawa juga sebab saudaranya yang lain  begitu. Ketika itu Mimin mengusulkan agar kaki pincang Wiwi di operasi tahun itu, sebab jika umur Pini telah melebihi dua puluh tahun akan, membutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhannya. Ketika itulah sebuah rahasia yang telah tersimpan begitu lama terbungkar. Ternyata Maman dan Mimin bukanlah suadara kembar. Maman sebenarnya anak dari kakaknya papa Jon, dan Mimin anak dari pernikahan ibu Ros dengan suami pertama beliau (Darmansyah). Dan diceritakanlah kisah masa lalu Ros, yang penuh suka-cita.
            Setelah Mimin dan adik-adiknya telah mendengar cerita masa lalu ibunya. Terjadi sebuah insiden, yaitu tanpa sengaja Maman berkelahi dengan seorang keturunan Cina, Ko Sam, yang mengganggu hubungan rumah tangganya dengan Lin, yang juga keturunan Cina. Ia terbunuh ketika berkelahi dengan Maman. Sam tewas dikedaiman Maman. Semua keluarga Maman merasa sedih, namun tetap memberikan semangat dan kepercayaan padanya. Rus yang telah SH berusaha membantu dan mencarikan pengacara yang telah biasa menangani kasus pidana, walaupun ia telah SH, tetapi menurut aturan, keluarga tidak boleh menjadi pembela, tapi menjadi pendamping pembela dibolehkan.
            Ditengah masalah yang dialami Maman. Sebuah hal yang tak di duga terjadi, suami Ros, papa anak-anak, Johansyah meninggal dunia, tanpa seorangpun yang melepas kepergiannya. Kembali keluarga Ros bersedih, tak terbendung air mata. Semua berkabung dan bersedih. Mimin, Wiwi, Pini, Datuk, Nenek, dan Isram sahabat Rus datang dari Jakarta.
            Setelah papa Jon dikuburkan, datanglah seorang kawan dari masa lalu Ros. Ya, dialah ayah Mimin, Darmansyah. Yang telah 30 tahun tak ada kabarnya, yang dinyatakan sudah meninggal oleh banyak orang. Beliau datang, memberi sedikit kecerahan pada Ros dan keluarganya. Ketika emosi keluarga sudah agak reda, ayah begitulah panggilan untuk Darmansyah, menceritakan masa lalu dan alasannya tidak memberi kabar pada Ros.
            Akhirnya keceriaan datang kembali pada keluarga Ros, ayah berjanji akan mengambil alih tugas yang dulunya dilakukan olah Papa. Keputusan atas kasus Maman diputuskan. Ia ditahan selama enam tahun. Mimin yang telah dewasa, berkeinginan menjadikan Tian (Rostianidar), anak mamaknya untuk menjadi teman masa depannya. Semua menyambut gembira.

ANALISIS NOVEL
            Unsur-Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel
A.    Unsur Instrinsik Novel
Sebuah karya dibangun dari berbagai unsur yang mendukungnya. Adapun unsur-unsur instrinsik novel yaitu :
1.      Alur
Cerita ini beralur maju.
o   Pengenalan
Kutipan :
Hari itu hari kamis. Aku pulang dari sekolah lebih awal, sebab pak guru olah raga berhalangan datang, dan minta pak direktur agar olah raga diganti pada sore hari saja.
Ibuku yang juga mengajar di SMP, hari itu libur, sebab tidak ada mata pelajarannya dalam jadwal hari kamis.

o   Peristiwa
·         Surat bang Maman dan bang Mimin
Setelah membaca suratnya.
“Sangat berlainan surat Mimin dan Maman”, kata papa.
“Kan sama-sama murid ibu dalam bahasa Indonesia. Hari pertama kita masuk SMP, pelajaran mengarang dimulai dengan menulis surat”, kataku.

·         Keadaan gawat
Roswita jatuh sakit, sakitnya parah, yaitu sakit tenggorokan (bronchitis) yang berbahaya.

·         Perpisahan dengan si surya
Rupanya memang berat bagi si Pini untuk berpisah dengan si surya, sahabatnya (piano kesayangan). Ia tidak berkata apa-apa, hanya memandang saja dari seorang ke seorang.

·         Perayaan ulang tahun
Tahun itu hari ulang tahun ibu jatuh tepat pada waktu libur ketika kami semua berada dirumah. Bang Mimin dan saya telah beberapa hari sampai bari Jakarta, dan bang Maman tiba pula tiga hari sebelum hari ulang tahun ibu. Dari Jakarta bang Mimin, saya, dan kedua teman kami Marlis dan Isram telah merencanakan hendak mengadakan persa itu.

·         Anak angkat
Sebuah rahasia terungkap, datang dari Maman.
“Papa kan tau bahwa saya bukan anak ibu! Tidak mungkin papa menamakan saya anak durhaka. Dan tidak akan mungkin Allah mengutuk saya, karena saya taklah durhaka terhadap ibu saya sendiri”
·         Cerita masa lalu Rosnelly. Ia menjadi tahanan, namun tahanan dirumah petinggi tentara Belanda.

·         Perjuangan hidup ibu belum selesai
Dua tahun setelah kejadian diatas, datang dua orang polisi kerumah mengatakan bang Maman ditangkap karena telah membunuh seseorang.

·         Papa berpulang kerahmatullah
Pada suatu pagi pukul 6 kami mendengar ibu memjerit dikamar papa, memanggil saya. Saya yang sedang duduk-duduk diteras muka memikirkan situasi keluarga, berlari kekamar papa. Ibu menangis menjerit-jerit, mencium-cium pipi papa. Saya mendekat, saya raba badan papa dari kepala sampai kaki, semua dingin, …dingin, sehingga hati saya menjadi dingin dan kecut pula.

·         Pertemuan yang tak disangka-sangka
Ibu membalik dan melihat kepada orang itu yang berdiri dengan tersenyum kepadanya. Kain-kain yang ditangan ibu terlepas dari tanganya. Ia menjerit.
“Allah…saya bermimpi…ataukah sebenarnya… Uda… Ayah…betulkah, kau masih hidup?”
Ia melompat ke antara kedua tangan yang diajukan orang itu kepadanya.
“Ayah abang, ayah kita Rus, mari kita beri tahu adik-adik”

·         Cerita ayah
Baru saja kami duduk diruang tengah, Wiwi mendesak ayah untuk bercerita.
“Ayah, lekas dong yah, kami ingin tahu.”
“Nah, dengarlah,” kata ayah dengan tenang.

·         Rembang petang
Ayah memukul bahu ibu dengan lembut dan berkata, “Ros, uda tidak pernah menyalahkanmu, dan tidak bermaksud akan menyakiti hatimu dengan kata-kata uda tadi. Makin besarlah kiranya kegembiraan kita dan rasa syukur kita pada Allah bila penderitaan ini berakhir. Marilah kita anggap penderiataanmu, perjuangan hidupmu yang pahit getir telah sampai pada batasnya, dan uda berjanji dihadapanmu dan anak-anak kita ini bahwa uda akan memberikan kehidupan rembang petang dengan warna jingga kuning kemerahan semampu uda”

·         Penutup
Bang Maman dijatuhi hukuman enam tahun. Ia akan dipenjarakan di Muara Padang.

Bang Mimin berkata agak gugup…”Bu, saya lihat ibu sayanya betul pada…Rostianidar!” Saya terkejut tidak menyangka.
Ibu menjerit dan melompat memeluk bang Mimin…”Mimin, nak, apa betul yang ibu dengar, atau kau bergurau? Mimin, ibu akan bahagia benar kalau engkau memilih Tian…”

2.      Sudut Pandang
Sudut pandang orang pertama tunggal, pelaku utama.
3.      Penokohan
Digambarkan pengaruh dengan sangat jelas. Melalui ciri-ciri fisik maupun pengetahuan sifat.
a.       Rusmansyah :
*      Penangis
Kemudian saya sendiri, yang kamu kenal. Saya tidak mau mengalah, kecuali terhadap orang tua dan adik-adik perempuan. Sebab itu, sering terjadi yang pertengkaran antara aku dan bang Maman. Tidak enaknya, tetap ia yang dimenangkan ibu, sehingga saya menangis karena kesal. Adik-adik biasa member saya gelar ahli tangis atau tukang tangis.
*      Haru
Bang Mimin tidak mengetahui saya datang. Kupeluk lehernya, lalu saya menjerit terharu. Tanpa kusadari air mataku membasahi bahunya.
b.      Darminsyah
*      Penyabar, tabah, dan suka mengalah
Bang Mimin orangnya penyabar dan tabah, suka mengalah. Ia jauh lebih gembira dari pada bang Maman. Mungkin dari pada kami semua. Ia jarang membuat kesalahan, sebab itu ia jarang kena marah, hamper semua kerja berat dialah yang mengerjakan, maka ia bergelar wakil papa.
*      Pintar
Bang Mimin sangat tekun pada pelajaran. Ia menguasai seluruh pelajaran, juga menggambar dan bernyanyi, olah raga, dan agama pun dialah pemegang rekor.
*      Pandai
Setelah dibacanya ia pun berkata, “Ya, terharu kita membacanya. Pandai bang Mimin mengarang, seperti berkata berhadap-hadapan saja. Bahkan lebih dari berkata-kata”
c.       Hermansyah
*      Pintar
Bang Maman hanya kuat dalam ilmu eksakta, untuk bahasa, sejarah, ilmu hayat, ilmu bumi, angkanya tujuh atau delapan paling tinggi.
*      Suka dipuji
Aku mulai dengan bang Maman yeng tertua. Ia dimanjakan ibu dan berlaku sangat manja, biarpun dalam hal pujian.
*      Sedikit egois
Abang kenal jiwa si Maman dari kecil. Dia egois, hanya mementingka diri sendiri.
d.      Roswita
Kemudian si Roswita (Wiwi), ia cekatan, cerdas, bertindak adil. Dan jujur, sebab itu, ia cerewet terhadap orang yang lamban, ynag tidak tahu segalanya, ia bergelar ibu cerewet.
e.       Rosfini
*      Cengeng
Terakhir si kecil Rosfini, putri bungsu yang manja dan cengeng. Seorang pun tak berani memarahi dia kecuali Wiwi.
*      Pemalu
“Nasi banyak bang, tetapi sambalmya tidak enak,” kata Pini malu
f.       Rosnelly
*      Pekerja keras
“Ibu kalian adalah kuda beban yang memikul diri sendiri dan ditambah dengan beban yang seharusnya saya pikul” kata ayah sambil menangis.
*      Kemauan keras
Andai kata ibu kami tidak berkemauan keras serta tidak mempunyai kekuatan jasmani dan rohani, orang tidak akan tercengang melihat kami hilir-mudik berlima beradik sebagai gelandangan.
*      Tekun
Suadara Rosnelly, kami memuji ketekunan serta keterampilan saudara dalam menghadapi tugas, baik di sekolah maupun dirumah atau dalam masyarakat keseluruhannya.
*      Pandai
‘Ah, Ibu Rosnelly kan guru, lagi pula pandai segalanya, ia bukan sekolah saja, tetapi juga guru menjahit. Sebagai guru masak pun bisa,’
*      Hemat
“Ibu masih sanggup menabung, tetapi kami guru-guru yang lain, jangankan menabung, cukup pun tidak. Banyak pula yang berhutang di sana-sini.
“Dan ada lagi yang mengagumkan, yaitu cara buk Rosnelly mengendalikan uang. Beliau tidak pernah berhutang dan anak-anak pun menabunguang, biar pun beliau hidup dari gaji saja…”

g.      Johansyah
*      Optimis
“Papa gembira, biarpun sebetulnya papa telah beberapa bulan berhemat untuk kepentingan itu.”
“Seolah-olah papa telah yakin, Ibu kan mau?” kata saya dengan ketawa.
“Papa waktu itu mualaf. Permintaan orang mualaf sering dikabulkan Allah, itu janji Allah sendiri.”
*      Penyemangat keluarga
“Ada umur ada rezeki, Rus, dan kita tidak boleh berputus asa…”
*      Bijaksana
“Benar, pak guru, sebab itu sejak saya dapat bencana ini, saya lebih mendekatkan diri pada Allah, dan itulah sebabnya pak guru saya minta terus meninsyafkan anak-anak saya ini.”
h.      Isram
*      Pemalu
“Ia malu untuk turut, sebab saya makan malam disini,” kata ayahnya.
*      Pintar mengaji
“Wah, pantas kau jadi anak guru agama, Isram,” kata ibu memuji.
i.        Lin (istri Hermansyah)
*      Setia
“Kok abang Maman begitu…, apa Lin ini kucing? Bukan manusia? Saya Cina bang, tetapi bukan Cina yang makan ular, makan babi,… yang ingin senang sendiri. Demi Allah, janganlah abang berkata begitu pada saya. Saya akan menunggu, bang…”

j.        Rostianidar
*      Rajin
“Ya untung benar, Rostianidar anak rajin dan tekun pada pekerjaannya.”
k.      Darmansyah
*      Sabar
Nak, bandingkan dengan cobaan yang telah ayah alami selama 30 tahun, seumur hidup kamu, hanya penjara kita yang berlainan corak.
*      Baik
“Ros, uda tidak pernah menyalahkanmu, dan tidak bermaksud akan menyakiti hatimu dengan kata-kata uda tadi…”

4.      Gaya Bahasa (Stilistis)
1)      Repetisi
·         Hari itu hari kamis. (hal 11)
·         Tidak, tidak, aku tidak mau berpisah dengan anakku. (hal 94)
2)      Aliterasi
·         Tiba-tiba terdengar suara papa agak keras memanggil ibu, (hal 11)
3)      Invers
·         Mendengar itu perasaan ingin tahuku meluap, lalu ku dekatkan kepala kedinding kamar. (hal 11)
4)      Sarkasme
·         “Jon, jon, apa maksudmu, kau gila! (hal 12)
·         Ya Allah, otakmu sakit agaknya. (hal 12)
5)      Polisendenton
·         Dengar dulu baik-baik, Nel, jangan lekas meradana begitu. (hal 12)
·         Dan, mak Sinah ingin tahu tingkah laku gadis itu. (hal 13)
6)      Retoris
·         Kepentingan saya? Kau hadiahkan saya kepada orang lain? Itukan tanda cintamu padaku? (hal 12)
·         Pernahkan kau mendengar aku mangeluh karena ditimpa bencana ini? (hal 14)

7)      Invers
·         Kan lebih baik berolahraga disekolah? (hal 16)
8)      Ekskalamasio
·         Wah, pantas kau jadi anka guru agama, Isram” (hal 20)
9)      Pararima
·         Banyak pula yang berhutang di sana-sini. (hal 21)
10)  Simile
·         Kuat katamu, tetapi belum dapat mengalahkan kamu. (hal 25)
11)  Klimaks
·         Baiklan Is, demi pershabatan kita sejak lama, dan ayahmu yang telah menjadi guru kami, dan ibuku telah menjadi gurumu pula, maulah aku mejelaskan sifat-sifat saudara-saudaraku supaya kamu mudah bergaul dengan mereka. (hal 28)
12)  Paradoks
·         Sayang ya bang, otak bang Maman secerdas itu, tetapi caranya berfikir tidak sama dengan kita. (hal 58)
13)  Hiperbola
·         Kami semua terkejut, kata-kata bang Maman itu seolah-olah petir disiang bolong kedengaranya ditelinga kami. (hal 82)
14)  Preterito
·         Dalam hati, pucuk dicinta ulam tiba. (hal 107)
5.      Setting
a.       Tempat
o   Rumah Rosnelly
Baru saja aku mengambil kursi hendak duduk di sisi papa, adikku Rosfini datang dari rumah sebelah dan berseru dengan nyaring.



o   Pekanbaru
Kali ini bang Rus, dahulu bang Mimin, nanti saya lagi, demikian seterusnya bergantian. Bukan hanya satu tempat, seluruh kota pekanbaru harus dijalani untuk mengambil bukulah, taslah, bola vollylah, selalu ada-ada saja’
o   Rumah sakit
Kemarin ketika perawat sedang menolong Wiwi, kami mendapat kesempatan  berbicara dikamar sebelah.
o   Rumah Maman
Kami dapati bang Maman masih ada dirumah. Ia dalam pengawasan ketat. Belum dibawa karena ada polosi yang sedang menjemput belenggu.
o   Tahanan
Besoknya kami pergi melihat bang Maman, Ibu, kak Lin, dan Saya. Banyak handaitolan yang hendak turut, tetapi saya larang.

b.      Suasana
Sedih
-          Ibu kalang kabut, saya tidak tega melihatnya, saya buat surat panjang lebar pada bang Mimin.
Agak cerah
-          Suasana menjadi agak cerah  melihat badannya yang tinggi besar, seperti bukan lagi orang yang bersekolah.
Haru
-“Pin,” kata papa terharu

B.     Unsur Ekstrinsik Novel
a.       Tema
Novel ini bertemakan ‘kesabaran’.
Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran akan medatangkan pengalaman, dan pengalaman membuahkan harapan.
b.      Nilai-nilai
*          Agama
-          Jalanilah agama dengan baik dan benar.
-          Jangan mengingkari agama
*             Sosial
-          Bantulah saudaramu, selagi kau masih mampu membantu.
*             Budaya
-          Junjung tinggilah adat, istiadat, dan kebudayaan yang kamu miliki.
*             Pendidikan
-          Janganlah bersikap sombong meskipun kau telah menjadi serjana di bidangmu.
*             Bahasa
-          Junjung tinggilah bahasa nasional dan bahasa daerahmu.
Biografi pengarang
Nama lengkap             :  Sariamin Ismail (nama samaran, Selasih dan Seleguri)
Tempat, tgl. Lahir       : Talu, 31 Juli 1909 (beliau meninggal pada 15 Desember
1995)
Pendidikan                  : Normal- School Putri, di Padang Panjang
Pekerjaan                     : Guru
Pengalaman                 : Umur 10 tahun ia sudah menulis puis, mulai umur 16
tahun sudah mulai memuatkan karangan dalam surat kabar
Karya-karya                : 1. Kalau Tak Untung (roman, 1933)
                                      2. Pengaruh Keadaan (roman, 1937)
                                      3. Kembali Ke Pangkuan Ayah (roman, 1996)

1 komentar:

  1. Permisi Admin, Yang minat buku "Kembali ke pangkuan ayah" silahkan kunjungi www.aksiku.com dan ini link bukunya: http://www.aksiku.com/2014/05/jual-novel-kembali-ke-pangkuan-ayah.html

    BalasHapus