MAKALAH
PENGANTAR
KAJIAN LINGUISTIK UMUM
Tentang
ALIRAN
TRADISIONAL
Oleh : Zulmaimi Eka Putri
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat
beriring salam kami do’a kan, samoga selalu tercurah pada nabi besar kita, nabi
Muhammad SAW.
Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan kami kepercayaan untuk
menyelesaikan makalah tentang “ Aliran Tradisional”. Semoga makalah ini dapat
memenuhi tugas yang diberikan kepada kami. Terima kasih atas kerja sama dari
teman-teman semua.
Sebagai manusia yang masih banyak kekurangan terutama
ilmu pengetahuan dan pengalaman, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun, agar kedepannya kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat
untuk semua.
Terima kasih.
Padang, Desember 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada
tahap sebelum perumusan teori linguistik, seperti pada tahap spekulasi,
pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris,
melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka, pada tahap klasifikasi dan
observasi, para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap
bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada perumusan teori.
Dalam
sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham,
pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet,
saling berlawanan, dan membingungkan, terutama bagi para pemula. Namun
sebenarnya semua itu akan menambah wawasan kita tentang bidang dan kajian
linguistik. Lebih lanjut akan dibicarakan tentang aliran linguistik yang lebih
khusus pada aliran tradisional.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
masalah yang kami bahas pada makalh ini, yaitu :
1.
Apa yang mendasari munculnya Aliran
Tradisional ?
2.
Apa yang dimaksud dengan Aliran Tradisional
pada liguistik ?
3.
Adakah ciri-ciri Aliran Tradisional ?
4.
Adakah keunggulan dan kelemahan Aliran
Tradisional itu ?
5.
Zaman-zaman apa saja yang terdapat pada
Aliran Tradisional ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Adapun
tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1.
Ingin mengetahui tentang hal yang
mendasari munculnya Aliran Tradisional.
2.
Ingin mengetahui tentang pengertian
Aliran Tradisional.
3.
Ingin mengetahui tentang ciri-ciri Aliran
Tradisional.
4.
Ingin mengetahui tentang keunggulan dan
kelemahan Aliran Tradisional.
5.
Ingin mengetahui tentang zaman-zaman
yang terdapat pada Aliran Tradisional.
D.
MANFAAT PENULISAN
·
Untuk penulis : semoga dengan menulis
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis.
·
Untuk pembaca : semoga dengan membaca
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Munculnya Aliran Tradisional
Pada
abad IV SM, seorang ahli filsafat bernama Plato (429 SM-348 SM) menelorkan
pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafatnya.
Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yakni onoma dan rhema. Onoma adalah jenis
kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Adapun rhema adalah jenis kata yang biasanya
dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara awam atau
secara mudahnya onoma ini lebih kurang dapat disejajarkan dengan kata benda,
sedangkan rhema lebih kurang disejajarkan dengan kata kerja atau kata sifat.
Selanjutnya, Aristoteles (384 SM-322 SM) membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno
menjadi tiga golongan yakni onoma, rhema,
dan syndesmos.
Perkembangan
ilmu bahasa sampai pada masa itu terbatas pada telaah kata saja, khususnya
tentang jenis kata. Tata bahasa atau gramatikal baru mulai diperhatikan pada
akhir abad (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama disusun
itu berjudul “Techne Gramatike”. Buku
inilah yang kemudian menjadi anutan para ahli tata bahasa yang lain yang
kemudian dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman ini
pembagian jenis kata sudah mencapai delapan, yakni: (1) nomina, (2) pronominal,
(3) artikel, (4) verba, (5) adverbial, (6) preposisi, (7) partisipium, (8)
konjugasi.
B. Pengertian
Aliran Tradisional
Aliran
tradisional boleh dikatakan sebagai aliran linguistik yang tertua. Istilah
tradisional sering dipertentangkan dengan istilah structural sehingga dalam
pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa
structural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat
dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau
ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu.
C. Ciri-ciri
Aliran Tradisional
Tata
bahasa tradisional menurut Abdul Chaer (2003: 333) menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata
bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian.
Ciri-ciri
aliran tradisional menurut Soeparno (2002: 44) adalah sebagai berikut :
1.
Bertolak dari Pola Pikir secara
Filosofis.
Ada
dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran Tradisional menggunakan landasan/pola
pikir filsafat ialah banyaknya pembagian jenis kata yang bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma-rhema-syndesmos produk
Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang sampai saat ini
menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
2.
Tidak
Membedakan Bahasa dan Tulisan.
Teori
ini mencampuradukkan pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan tulisan
(perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian, secara otomatis juga
mencampuradukkan pengertian bunyi dan huruf. Sebagai bukti seorang ahli bahasa
mencampuradukkan pengertian tersebut dapat dibaca pada kutipan “Antara vocal-vokal itu, huruf a adalah yang
membentuk lubang mulut yang besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di dalam
mulut sebelah muka, dan o di belakang sebelah ke dalam” (Mees dalam
Soeparno, 2002: 44)
3.
Senang Bermain dengan Definisi
Ciri
ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua istilah diberi
definisi terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala
kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang
kemudian dianalisis dan disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah
dengan menghapal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
4.
Pemakaian Bahasa Berkiblat pada
Pola/Kaidah
Ketaatan
pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional mengambil alih
pola-pola bahasa latin untuk diterapkan pada bahasa mereka sendiri. Kaidah
bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku tata bahasa harus
benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaidah dinyatakan
sebagai bahasa yang salah atau tercela. Pengajaran bahasa di sekolah
mengajarkan bahasa persis yang tercantum di dalam buku tata bahasa. Praktik
semacam itu mengakibatkan siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi
tidak mahir berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan masyarakat. Tata bahasa
yang mereka pakai itu biasa disebut tata bahasa normative dan tata bahasa
preskriptif.
5.
Level-level Gramatik Belum Ditata Secara
Rapi.
Level
(tataran) yang terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf
adalah kata, sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini,
huruf didefinisikan sebagai unsure bahasa yang terkecil, kata didefinisikan
sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat
didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung arti lengkap.
6.
Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (Part of Speech)
Ciri
ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang lain. Hal ini
dapat dimengerti Karena masalah penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang
paling tua dalam sejarah kajian linguistik.
D. Keunggulan
dan Kelemahan Aliran Tradisional
1.
Keunggulan
a.
Teori
tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola
pikir filsafat.
b.
Aliran
ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi
para penganutnya amat dibangggakan.
c.
Aliran
tradisional mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam
menghafal istilah karena salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan
definisi.
d.
Aliran
tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup
tinggi karena pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e.
Aliran
ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar
adalah benar walaupun tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak
pengikutnya”.
2.
Kelemahan
a.
Teori
tradisional belum bisa membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian antara
bahasa dan tulisan masih kacau.
b.
Teori
ini tidak pernah menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan
disimpulkan, yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal
definisi yang dirumuskan secara filosofis.
c.
Pemakaian
bahasa berkiblat pada pola atau kaidah sehingga siswa pandai dan hafal
teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir sama sekali berbicara atau berbahasa
didalam kehidupan masyarakat.
d.
Level-level
gramatikalnya belum rapi hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni
huruf, kata, dan kalimat.
e.
Pemerian
bahasa menggunakan pola bahasa latin yang sangat berbeda dengan bahasa
Indonesia.
f.
Pemerian
bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan
sebagian dari ragam bahasa yang ada.
g.
Permasalahan
tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga ruang lingkup
permasalahan masih sangat sempit.
h.
Objek
kajian hanya sampai dengan level kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh
aspek komunikatif.
E.
Zaman-Zaman yang terdapat pada Aliran
Tradisional
1. Linguistik
Zaman Yunani ( abad ke 5 SM – abad ke 2 SM )
Yang menjadi pertentangan saat itu adalah : Pertentangan
antara fisis dan nomos. Bersifat fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan
asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar
manusia itu sendiri, konversional artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari
hasil-hasil tradisi / kebiasaan.
Pertentangan anologi dan anomali. Kaum anologi ( Plato dan Ariestoteles ) berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan kaum
Pertentangan anologi dan anomali. Kaum anologi ( Plato dan Ariestoteles ) berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan kaum
konvensional.
Kaum / yokoh pada Zaman Yunani :
a.
Kaum Shophis ( abad ke 5 SM )
Mereka dikenal karena : Mereka melakukan kerja
secara empiris. Melakukan kerja secara pasti dengan
menggunakan ukuran tertentu. Mementingkan bidan retorika dalam studi bahasa. Memberikan
tipe-tipe akalimat menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab,
kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Gregorias membicarakan
tata bahasa.
b.
Plato ( 429 – 347 SM )
Memperdebatkan analogi dan anomaly dalam bukunya
Dialog. Jugav
mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional. Dia menyodorkan batasan
bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalahv pernyataan dipikan
manusia dengan perencanaan anomata dan rhemata. Dialah orang yang pertamakali
membedakan kata anoma dan rhema.
·
Anoma ( anomata )
·
Nama ( dalam bahasa sehari-hari )
·
Nomina ( dalam istilah tata bahasa )
·
Subjek ( dalam hubungan subjek logis )
·
Rhema ( Rhamata )
·
Ucapan ( dalam bahasa sehari-hari )
·
Verba ( dalam istilah tata bahasa )
·
Predikat ( dalam hubungan subjek logis )
c. Ariestoteles ( 384 –
322 SM )
Membagi kata
dalam 3 kelas kata, yaitu anoma, rhema dan syndesmy. Yangv
dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan
sintaksis. Sydnesmoi itu lebih kurang sama dengan preposisi dan konjungsi yang
sekarang kita kenal.nMembedakan jenis kelamin kata ( gender ) menjadi 3 yaitu :
maskulin, feminism dan neutrum.
d. Kaum Stoik ( abad ke
– 4 SM )
Membedakan studi bahasa secara logika dan studi
bahasa secara tata bahasa.
Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa. Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa yaitu :
Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa. Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa yaitu :
1) tanda,
simbol,
sign atau semainon,
2) makna, apa yang disebut smainomen / lekton,
3) hal-hal diluar bahasa yakni benda-benda /
situasi.
Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan
bagian fonologiv
tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang
menagandung makna.
Mereka membagi jenis kata menjadi 4 kata yaitu benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah. Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata kerja aktif dan pasif.v
e. Kaum Alexandrian
Mereka membagi jenis kata menjadi 4 kata yaitu benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah. Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata kerja aktif dan pasif.v
e. Kaum Alexandrian
Kaum ini menganut paham analogi dan studi bahasa,
menghasilkan buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysus Tharx dan
diterjemahkan oleh Remmius Palaemon dengan judul Ars Grammatika. Buku ini yang
kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya.
Karena sifatnya mentradisi makna buku-buku tata bahasa kini disebut dengan nama
tata bahasa tradisional. Jadi, cikal bakal tata bahasa tradisional itu berasal
dari buku Dionysus Tharx. Di India pada tahun 400 SM Panini seorang sarjana
Hindu membuat buku dengan judul Adtdyasi merupakan deskripsi lengkap bahasa
Sansakerta yang pertama kali ada. Oleh karena itu Leonard Bloomfield, tokoh
linguis structural Amerika menyebut Panini sebagai One of The Greatest
Monuments of The Human Intelligenci.
2. Zaman
Romawi
Merupakan kelanjutan dari zaman yunani. Tokoh pada
zaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro ( 116 – 27 SM ) dengan karyanya,
De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institusiones Grammaticae.
a.
Varro dan “ De Lingua Latina ”
Dalam buku ini Varoo masih membahas
masalah analogi dan anomali seperti pada zaman Stoik di Yunani. Dibagi dalam
bidang-bidang etimologi, morfologi dan sintaksis
b.
Tata bahasa Priscia
Dianggap sangat penting karena : Merupakan
buku tata bahasa latin paling lengkap yang dituturkan pembicaraan aslinya.
Teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utamav
pembicaraan bahasa secara tradisional. Segi yang dibicarakan dari buku itu
adalah :
(i)
Fonologi dibicarakan mengenai huruf /
tulisan yang disebut Literae / bagian terkecil dari bumi yang dapat dituliskan,
(ii)
Morfologi dibicarakan mengenai Dictio /
kata,
(iii)
Sintaksis dibicarakan mengenai oratio
yaitu tata susunan kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai.
Buku Institutiones Garammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa latin dan
zaman pertengahan.
3. Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat
perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik. Yang patut dibicarakan
dalam studi bahasa antara lain adalah peranan :
a. Kaum Modistae
a. Kaum Modistae
Mereka
menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat regular dan
universal.Mereka memperhatikan secara penuh akan semantic sebagai penyebutan
defines bentuk-bentuk bahasa. Mereka mencari sumber makna, maka dengan demikian
berkembanglah bidang etimologi pada zaman itu.
b.
Tata Bahasa Skulativa
Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal
bahasa latin kedalam filsafat skolastik.
c.
Petrus
Hispanus
Memasukan psikologi dalan analisis makna bahasa.
Membedakan
nomen atas dua macam yaitu nomen subtantivum dan nomen edjektivum. Membedaan
semua bentuk yang menjadi subjek / predikat dan bentuk tutur lainnya.
4. Zaman
Renaisans
Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan
abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman
renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu
itu menguasai bahasa latin, Ibradi dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya mendapat
perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan perbandingan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Tahap
perkembangan bahasa terdiri atas tahap spekulasi, klasifikasi, dan rumusan
teori. Aliran tradisional baru mencapai tahap spekulasi dan klasifikasi.
2. Ciri-ciri
aliran tradisional bertolak dari pola pikir secara filosofis, tidak membedakan
bahasa dan tulisan, senang bermain dengan definisi, pemakaian bahasa berkiblat
pada pola/kaidah, level-level gramatik belum ditata secara rapi, tata bahasa
didominasi oleh jenis kata (part of
speech).
3. Aliran
tradisional memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain bisa membedakan bahasa
dan tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau,
peletakan level-level gramatikal yang belum rapi, dan lain sebagainya.
Linguistik
Tradisional sering dipertentangkan dengan bahasa struktural, bedanya tata
bahasa tradisional menganalisis bahasa pada filsafat dan semantik, sedangkan
tata bahasa struktural berdasarkan struktur / ciri formal yang ada pada suatu
bahasa tertentu.
Dan dibawah ini sejarah linguistik dan proses terbentuknya tata bahasa tradisional adalah sebagai berikut :
• Linguistik Zaman Yunani
• Linguistik Zaman Romawi
• Linguistik Zaman Pertengahan
• Zaman Renaissans dan
• Menjelang lahirnya Linguistik Modern
Dan dibawah ini sejarah linguistik dan proses terbentuknya tata bahasa tradisional adalah sebagai berikut :
• Linguistik Zaman Yunani
• Linguistik Zaman Romawi
• Linguistik Zaman Pertengahan
• Zaman Renaissans dan
• Menjelang lahirnya Linguistik Modern
B.
SARAN
1.
Makalah
tentang aliran tradisional ini hendaknya dapat menjadi sumber belajar untuk
mengadakan pengkajian aliran ini di masa mendatang.
2.
Makalah
ini masih terbatas pada pembahasan tentang sejarah, ciri-ciri, keunggulan dan
kelemahan aliran tradisional, pada pengkajian selajutnya diharapkan lebih
mendalam dan lebih luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul.2003. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta