Selasa, 24 September 2013

MAKALAH PENGANTAR KAJIAN LINGUISTIK UMUM Tentang ALIRAN TRADISIONAL



MAKALAH

PENGANTAR KAJIAN LINGUISTIK UMUM

Tentang

ALIRAN TRADISIONAL


Oleh : Zulmaimi Eka Putri


 

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat beriring salam kami do’a kan, samoga selalu tercurah pada nabi besar kita, nabi Muhammad SAW.
            Terima kasih kepada dosen pembimbing  yang telah memberikan kami kepercayaan untuk menyelesaikan makalah tentang “ Aliran Tradisional”. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan kepada kami. Terima kasih atas kerja sama dari teman-teman semua.
            Sebagai manusia yang masih banyak kekurangan terutama ilmu pengetahuan dan pengalaman, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, agar kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat untuk semua.
Terima kasih.




                                                                                                Padang, Desember 2012

                                                                                                            Penulis







BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pada tahap sebelum perumusan teori linguistik, seperti pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka, pada tahap klasifikasi dan observasi, para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada perumusan teori.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan, dan membingungkan, terutama bagi para pemula. Namun sebenarnya semua itu akan menambah wawasan kita tentang bidang dan kajian linguistik. Lebih lanjut akan dibicarakan tentang aliran linguistik yang lebih khusus pada aliran tradisional.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang kami bahas pada makalh ini, yaitu :
1.      Apa yang mendasari munculnya Aliran Tradisional ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Aliran Tradisional pada liguistik ?
3.      Adakah ciri-ciri Aliran Tradisional ?
4.      Adakah keunggulan dan kelemahan Aliran Tradisional itu ?
5.      Zaman-zaman apa saja yang terdapat pada Aliran Tradisional ?

C.     TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1.      Ingin mengetahui tentang hal yang mendasari munculnya Aliran Tradisional.
2.      Ingin mengetahui tentang pengertian Aliran Tradisional.
3.      Ingin mengetahui tentang ciri-ciri Aliran Tradisional.
4.      Ingin mengetahui tentang keunggulan dan kelemahan Aliran Tradisional.
5.      Ingin mengetahui tentang zaman-zaman yang terdapat pada Aliran Tradisional.

D.    MANFAAT PENULISAN
·         Untuk penulis : semoga dengan menulis makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis.
·         Untuk pembaca : semoga dengan membaca makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Munculnya Aliran Tradisional
Pada abad IV SM, seorang ahli filsafat bernama Plato (429 SM-348 SM) menelorkan pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yakni onoma dan rhema. Onoma adalah jenis kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Adapun rhema adalah jenis kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara awam atau secara mudahnya onoma ini lebih kurang dapat disejajarkan dengan kata benda, sedangkan rhema lebih kurang disejajarkan dengan kata kerja atau kata sifat. Selanjutnya, Aristoteles (384 SM-322 SM) membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi tiga golongan yakni onoma, rhema, dan syndesmos.
Perkembangan ilmu bahasa sampai pada masa itu terbatas pada telaah kata saja, khususnya tentang jenis kata. Tata bahasa atau gramatikal baru mulai diperhatikan pada akhir abad (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama disusun itu berjudul “Techne Gramatike”. Buku inilah yang kemudian menjadi anutan para ahli tata bahasa yang lain yang kemudian dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman ini pembagian jenis kata sudah mencapai delapan, yakni: (1) nomina, (2) pronominal, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbial, (6) preposisi, (7) partisipium, (8) konjugasi.

B.     Pengertian Aliran Tradisional
Aliran tradisional boleh dikatakan sebagai aliran linguistik yang tertua. Istilah tradisional sering dipertentangkan dengan istilah structural sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa structural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu.



C.     Ciri-ciri Aliran Tradisional
Tata bahasa tradisional menurut Abdul Chaer (2003: 333)  menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian.
Ciri-ciri aliran tradisional menurut Soeparno (2002: 44) adalah sebagai berikut :
1.      Bertolak dari Pola Pikir secara Filosofis.
Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran Tradisional menggunakan landasan/pola pikir filsafat ialah banyaknya pembagian jenis kata yang bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma-rhema-syndesmos produk Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang sampai saat ini menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
2.        Tidak Membedakan Bahasa dan Tulisan.
Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian, secara otomatis juga mencampuradukkan pengertian bunyi dan huruf. Sebagai bukti seorang ahli bahasa mencampuradukkan pengertian tersebut dapat dibaca pada kutipan “Antara vocal-vokal itu, huruf a adalah yang membentuk lubang mulut yang besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di dalam mulut sebelah muka, dan o di belakang sebelah ke dalam” (Mees dalam Soeparno, 2002: 44)
3.       Senang Bermain dengan Definisi
Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua istilah diberi definisi terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghapal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
4.      Pemakaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah
Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional mengambil alih pola-pola bahasa latin untuk diterapkan pada bahasa mereka sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela. Pengajaran bahasa di sekolah mengajarkan bahasa persis yang tercantum di dalam buku tata bahasa. Praktik semacam itu mengakibatkan siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan masyarakat. Tata bahasa yang mereka pakai itu biasa disebut tata bahasa normative dan tata bahasa preskriptif.
5.      Level-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi.
Level (tataran) yang terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf adalah kata, sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini, huruf didefinisikan sebagai unsure bahasa yang terkecil, kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung arti lengkap. 
6.      Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (Part of Speech)
Ciri ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang lain. Hal ini dapat dimengerti Karena masalah penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian linguistik.

D.    Keunggulan dan Kelemahan Aliran Tradisional
1.      Keunggulan
a.       Teori tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola pikir filsafat.
b.      Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi para penganutnya amat dibangggakan.
c.       Aliran tradisional mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan definisi.
d.      Aliran tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi karena pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e.       Aliran ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar adalah benar walaupun tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak pengikutnya”.


2.      Kelemahan
a.       Teori tradisional belum bisa membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau.
b.      Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
c.       Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah sehingga siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir sama sekali berbicara atau berbahasa didalam kehidupan masyarakat.
d.      Level-level gramatikalnya belum rapi hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni huruf, kata, dan kalimat.
e.       Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa latin yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
f.       Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan sebagian dari ragam bahasa yang ada.
g.      Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
h.      Objek kajian hanya sampai dengan level kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.

E.     Zaman-Zaman yang terdapat pada Aliran Tradisional

1.       Linguistik Zaman Yunani ( abad ke 5 SM – abad ke 2 SM )
Yang menjadi pertentangan saat itu adalah : Pertentangan antara fisis dan nomos. Bersifat fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri, konversional artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi / kebiasaan.
Pertentangan anologi dan anomali. Kaum anologi ( Plato dan Ariestoteles ) berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan kaum
konvensional. Kaum / yokoh pada Zaman Yunani :
a. Kaum Shophis ( abad ke 5 SM )
Mereka dikenal karena : Mereka melakukan kerja secara empiris. Melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu. Mementingkan bidan retorika dalam studi bahasa. Memberikan tipe-tipe akalimat menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Gregorias membicarakan tata bahasa.
b. Plato ( 429 – 347 SM )
Memperdebatkan analogi dan anomaly dalam bukunya Dialog. Jugav mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional. Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalahv pernyataan dipikan manusia dengan perencanaan anomata dan rhemata. Dialah orang yang pertamakali membedakan kata anoma dan rhema.
·         Anoma ( anomata )
·         Nama ( dalam bahasa sehari-hari )
·         Nomina ( dalam istilah tata bahasa )
·         Subjek ( dalam hubungan subjek logis )
·         Rhema ( Rhamata )
·           Ucapan ( dalam bahasa sehari-hari )
·          Verba ( dalam istilah tata bahasa )
·         Predikat ( dalam hubungan subjek logis )
c. Ariestoteles ( 384 – 322 SM )
 Membagi kata dalam 3 kelas kata, yaitu anoma, rhema dan syndesmy. Yangv dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Sydnesmoi itu lebih kurang sama dengan preposisi dan konjungsi yang sekarang kita kenal.nMembedakan jenis kelamin kata ( gender ) menjadi 3 yaitu : maskulin, feminism dan neutrum.
d. Kaum Stoik ( abad ke – 4 SM )
Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.
 Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa.
Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa yaitu :

 1) tanda, simbol, sign atau semainon,
2) makna, apa yang disebut smainomen / lekton,
3) hal-hal diluar bahasa yakni benda-benda / situasi.
Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian fonologiv tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang menagandung makna.
 Mereka membagi jenis kata menjadi 4 kata yaitu benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah. Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata kerja aktif dan pasif.
v
e. Kaum Alexandrian
Kaum ini menganut paham analogi dan studi bahasa, menghasilkan buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysus Tharx dan diterjemahkan oleh Remmius Palaemon dengan judul Ars Grammatika. Buku ini yang kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena sifatnya mentradisi makna buku-buku tata bahasa kini disebut dengan nama tata bahasa tradisional. Jadi, cikal bakal tata bahasa tradisional itu berasal dari buku Dionysus Tharx. Di India pada tahun 400 SM Panini seorang sarjana Hindu membuat buku dengan judul Adtdyasi merupakan deskripsi lengkap bahasa Sansakerta yang pertama kali ada. Oleh karena itu Leonard Bloomfield, tokoh linguis structural Amerika menyebut Panini sebagai One of The Greatest Monuments of The Human Intelligenci.
2.       Zaman Romawi
Merupakan kelanjutan dari zaman yunani. Tokoh pada zaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro ( 116 – 27 SM ) dengan karyanya, De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institusiones Grammaticae.
a.       Varro dan “ De Lingua Latina ”
Dalam buku ini Varoo masih membahas masalah analogi dan anomali seperti pada zaman Stoik di Yunani. Dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi dan sintaksis
b.      Tata bahasa Priscia
Dianggap sangat penting karena : Merupakan buku tata bahasa latin paling lengkap yang dituturkan pembicaraan aslinya. Teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utamav pembicaraan bahasa secara tradisional. Segi yang dibicarakan dari buku itu adalah :
(i)                 Fonologi dibicarakan mengenai huruf / tulisan yang disebut Literae / bagian terkecil dari bumi yang dapat dituliskan,
(ii)               Morfologi dibicarakan mengenai Dictio / kata,
(iii)             Sintaksis dibicarakan mengenai oratio yaitu tata susunan kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai. Buku Institutiones Garammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa latin dan zaman pertengahan.
3.        Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah peranan :
a. Kaum Modistae
 Mereka menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat regular dan universal.Mereka memperhatikan secara penuh akan semantic sebagai penyebutan defines bentuk-bentuk bahasa. Mereka mencari sumber makna, maka dengan demikian berkembanglah bidang etimologi pada zaman itu.
b.      Tata Bahasa Skulativa
Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin kedalam filsafat skolastik.
c.        Petrus Hispanus
Memasukan psikologi dalan analisis makna bahasa. Membedakan nomen atas dua macam yaitu nomen subtantivum dan nomen edjektivum. Membedaan semua bentuk yang menjadi subjek / predikat dan bentuk tutur lainnya.

4.       Zaman Renaisans
Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa latin, Ibradi dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan perbandingan.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
            1.      Tahap perkembangan bahasa terdiri atas tahap spekulasi, klasifikasi, dan rumusan teori. Aliran tradisional baru mencapai tahap spekulasi dan klasifikasi.
      2.      Ciri-ciri aliran tradisional bertolak dari pola pikir secara filosofis, tidak membedakan bahasa dan tulisan, senang bermain dengan definisi, pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah, level-level gramatik belum ditata secara rapi, tata bahasa didominasi oleh jenis kata (part of speech).
      3.      Aliran tradisional memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain bisa membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau, peletakan level-level gramatikal yang belum rapi, dan lain sebagainya.
Linguistik Tradisional sering dipertentangkan dengan bahasa struktural, bedanya tata bahasa tradisional menganalisis bahasa pada filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur / ciri formal yang ada pada suatu bahasa tertentu.
Dan dibawah ini sejarah linguistik dan proses terbentuknya tata bahasa tradisional adalah sebagai berikut :
• Linguistik Zaman Yunani
• Linguistik Zaman Romawi
• Linguistik Zaman Pertengahan
• Zaman Renaissans dan
• Menjelang lahirnya Linguistik Modern

B.     SARAN
1.      Makalah tentang aliran tradisional ini hendaknya dapat menjadi sumber belajar untuk mengadakan pengkajian aliran ini di masa mendatang.
2.      Makalah ini masih terbatas pada pembahasan tentang sejarah, ciri-ciri, keunggulan dan kelemahan aliran tradisional, pada pengkajian selajutnya diharapkan lebih mendalam dan lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2003. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta

Tasliati. ALIRAN LINGUISTIK TRADISIONAL. http://tasliati.blogspot.com/2012/01/aliran-    linguistik-tradisional.html. unduh pada 09 Desamber 2012.

 

Laba Nur Songo. MAKALAH LINGUISTIK TRADISIONAL.  http://labanursongo.blogspot.com/2011/01/makalah-linguistik-tradisional.html. unduh pada 09 Desember 2012.